LINGKUNGAN
DAUR HIDUP MANUSIA DAN KETERKAITANNYA DENGAN ORIENTASI SEKSUAL
Paper
Pengganti Ujian
Akhir Semester
Lingkungan Daur
Hidup
Oleh :
Fauzan Abdi
NPM : 1106078290
Program Studi Ilmu Perpustakaan
Fakultas Ilmu Pengetahuan Budaya
Universitas Indonesia
2012
Abstrak
Orientasi Seksual sebagai bentuk
penanda arah ketertarikan seseorang terhadap individu lain termasuk didalamnya
rasa romantis dan / atau seksual adalah hal yang dimiliki oleh setiap manusia.
Orientasi seksual memiliki tiga kategori utama didalamnya yaitu
heteroseksualitas, homoseksualitas, dan biseksualitas. Orientasi seksual yang paling
umum adalah ketertarikan pada lawan jenis seperti pria terhadap wanita dan sebaliknya
atau yang lebih dikenal dengan istilah heteroseksualitas. Homoseksualitas dan
biseksualitas adalah bentuk orientasi yang kurang dapat diterima dan dianggap
oleh sebagian masyarakat sebagai bentuk ketidakwajaran bahkan cenderung
dikatakan perbuatan kotor atau hina. homoseksualitas sendiri dapat diartikan
sebagi bentuk ketertarikan romantis atau seksual terhadap sesama jenis dapat
terjadi pada pria (gay) atau wanita (lesbian) sedangkan untuk biseksualitas
sendiri memiliki makna yaitu bentuk ketertarikan seksual terhadap individu yang
sama sekaligus berbeda jenis kelaminnya.
Teori perkembangan seksualitas seseorang yang termasuk didalamnya
orientasi seksual banyak memunculkan hipotesa bahwa orientasi seksual muncul
karena adanya proses panjang pada fase-fase hidup individu yang bersangkutan.
Penulis beranggapan bahwa proses yang berbeda-beda pada setiap individu seperti
adanya perlakuan yang tidak wajar atau semestinya pada salah satu fase atau
lebih dapat memunculkan hal yang berebeda-beda pula pada setiap individu
khususnya orientasi seksual.
Kata
Kunci :
Orientasi Seksual, Heteroseksualitas, Homoseksualitas, Biseksualitas, Siklus
Daur Hidup Manusia.
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Kehidupan manusia
sebagai individu yang berkembang tidak dapat dipisahkan dari hal yang disebut
proses. Definisi proses sendiri menurut kamus besar bahasa Indonesia adalah
runtutan perubahan (peristiwa) dalam perkembangan sesuatu. Kehidupan manusia
sendiri adalah sebuah proses panjang yang memiliki tahapan-tahapan yang di dalam setiap tahapan terdapat pula
proses-proses yang menyokong setiap tahapan-tahapan kehidupan tersebut.
Pada proses awal pembentukan manusia sebagai
makhluk hidup pula terdapat proses panjang di dalamnya. Dimulai dari pertemuan
antara sel sperma bertemu lalu membuahi sel telur sehingga terbentuk janin yang
berada pada rahim seorang wanita dan pada akhirnya muncul lagi sebuah proses
janin berkembang hingga menjadi bentuk utuh bayi yang sempurna yang awalnya
hanyalah segumpalan darah. Kemudian berlanjut dalam proses kelahiran, masa
perkembangan balita, masa sekolah dasar, masa pra-remaja, masa remaja, masa
dewasa muda lalu masa sesorang akhirnya menikah dan menghasilkan keturunan dan
generasi baru, lalu menjadi tua dan akhirnya meninggal. Generasi baru akan
melakukan proses dan tahapan yang tak jauh beda dengan pendahulunya. Hal inilah
yang disebut sebagai siklus atau perputaran kehidupan. Siklus yang telah
dijelaskan sebelumnya dapat dikatakan sebagai siklus yang paling lazim yang
dilakukan oleh manusia.
Termasuk di dalam
siklus hidup manusia terdapat proses perkembangan seksual manusia yang mencakup
arah orientasi seksual manusia. American
Phsychological Association, American Psychiatric Association dan, National Association of Social Worker menyatakan
orientasi seksual tak hanya karakteristik pribadi yang dapat didefinisikan
dalam isolasi. Sebaliknya, orientasi seksual seseorang menentukan lingkungan
dengan siapa orang tersebut mungkin menemukan hubungan yang puas dan terpenuhi.
Orientasi seksual umumnya dibahas sebagai karakteristik individu, seperti jenis
kelamin biologis, identitas gender, atau usia. Perspektif ini tidak lengkap
karena orientasi seksual selalu didefinisikan dalam istilah relasional dan
harus melibatkan hubungan dengan orang lain.
Munculnya
bentuk-bentuk orientasi seksual diluar orientasi seksual yang lazim atau
heteroseksual seperti homoseksual atau biseksualitas pada awalnya disebut
sebagai penyimpangan atau kelainan oleh para psikolog dan psikiater tapi pada
tahun sekitar rahun 90-an psikolog dan psikiater sepakat bahwa homoseksual dan
biseksual adalah bukan sebuah penyimpangan melainkan bentuk orientasi seksual
yang wajar layaknya heteroseksual. Sedangkan stigma yang berkembang saat ini
pada masyarakat adalah pada pengertian awal tentang homoseksual dan biseksual
yaitu adalah sebuah penyimpangan atau kelainan.
Banyak pemikiran
muncul tentang perkembangan arah orientasi seksual manusia seperti adanya
pengaruh genetik, pola pengasuhan orang tua atau lingkungan yang pada akhirnya
membentuk itu semua. Hal yang kurang disadari adalah teori-teori yang
bermunculan dapat dikatakan sebagai tahapan-tahapan proses pula. Hal ini
menjelaskan bahwa orientasi seksual tidak ditentukan dalam waktu yang singkat
dan melalui proses yang terdapat pada fase-fase tahapan manusia. Dan hal ini
menyadarkan perlunya pembahasan yang lebih spesifik dan detil tentang setiap
proses pembentukan orientasi seksual yang terjadi pada tahapan-tahapa kehidupan
manusia.
1.2 Perumusan Masalah
Stigma yang
berkembang pada masyarakat tentang homoseksual & biseksual dapat dikatakan
sebagai stigma negatif. Kehidupan sosial cenderung memaksakan heteronormatif
dan akhirnya masyarakat pada umumnya menganggap bahwa orientasi seksual
tersebut adalah salah dan harus dihindari bahkan yang lebih ekstrim adalah
harus dimusnahkan.Pada dasarnya anggapan ini muncul karena kurangnya pemahaman
yang benar akan homoseksualitas atau biseksualitas. pada kenyataannya para
psikolog dan psikiater telah memiliki bahwa hal tersebut adalah sesuatu yang
wajar yang terjadi pada manusia
Dari ulasan tersebut
akan dibahas pada tulisan ini tentang proses pemunculan orientasi seksual yang
dianggap tidak lazim seperti homoseksual dan biseksual yang dikaitkan dengan
fase-fase kehidupan manusia.
1.3 Pembatasan Masalah
Stigma negatif yang
muncul pada masyarakat terhadap orientasi seksual yang diluar kewajaran
(heteroseksual) seperti homoseksual dan biseksual tidak terlepas dari pandangan
agama yang mengatur tentang orientasi seksual tersebut.
Dalam tulisan ini
tidak akan dibahas beberapa pandangan agama tentang homoseksualitas dan
biseksualitas dan tidak akan membahas solusi atau hal yang diakibatkan oleh
homoseksualitas dan biseksualitas berdasarkan hukum agama.
1.4 Tujuan Penulisan
Penulis bertujuan
menunjukkan bahwa orientasi seksual yang dianggap tidak lazim bukanlah hal yang
dapat muncul dalam waktu yang singkat dan membutuhkan proses layaknya proses
heteroseksual serta menunjukkan tidak ada hubungan berbanding lurus antara
orientasi seksual sebuah individu terhadap identitas gendernya.
ISI
Manusia
sebagai makhluk hidup memiliki beberapa ciri diantaranya adalah tumbuh
berkembang. Manusia sebagai individu yang berkembang tidak akan terlepas dari
perkembangan kehidupan yang disbut siklus daur hidup manusia. Bahkan awal
penciptaan manusia sekarang menurut teori yang dikemukan oleh Darwin dalam
bukunya The Origin of Species adalah
hasil dari sebuah proses seleksi
alam yang berawal dari manusia yang berjalan dengan empat kaki layaknya kera.
Tahapan-tahapan
hidup manusia yang umum atau lain seperti yang di jabarkan ketika masa
perkuliahan dimulai dari masa kehamilan lalu sang ibu melahirkan dan si anak
memasuki masa balita dan pada akhirnya memasuki masa balita atau masa bermain
sang anak temasuk masa pertama kali sang anak memasuki kelompok bermain atau
taman kanak-kanak. Pada tahapan selanjutnya individu memasuki masa sekolah
seperti sekolah dasar sampai dengan sekolah menengah pertama dan individu
berkembang masuki masa remaja yang biasanya pada saat usia individu memasuki usia
sekolah menengah akhir pada umumnya. Memasuki tahapan selanjutnya adalah masa
dewasa muda yang dikatakan memasuki usia sekitar 20 hingga 40 tahun yang
didalamnya terdapat waktu si individu biasanya menikah dan meneruskan
keturunan, lalu pada akhirnya memasuki masa dewasa yang seutuhnya dan ketika
memasuki usia diatas 60 tahun dapat dikatakan masa tua hingga kematian si
individu.
Kehamilan dan
Melahirkan
|
Masa Balita
|
Masa Balita
Bermain (TK)
|
Masa Sekolah (SD
& SMP)
|
Masa Remaja (SMA)
|
Masa Dewasa Muda
(Menikah dan Memiliki anak)
|
Masa Dewasa Seutuhnya
|
Masa Tua
|
kematian
|
Keterangan
: Rangkaian daur hidup manusia secara umum
Gambar atau skema tersebut
dibentuk seperti gunung atau mengerucut diatas karena penulis beranggapan
perkembangan orientasi seksual akan bermula dari hal hal yang mendasar dari
awal kehamilan hingga mengalami puncaknya pada suatu masa yaitu ketika masa
remaja dan dewasa muda lalu menurun kembali hingga kematian.
Alasan melatakkan tahapan remaja
dan masa dewasa muda sejajar adalah penulis beranggapan bahwa perkembangan
orientasi seksual pada dasarnya akan mengalami konflik atau masalah yang cukup
kompleks pada tahapan tersebut khususnya orientasi seksual yang dianggap
berbeda. Pada masa dewasa muda sang individu yang memiliki orientasi seksual
seperti homoseksual atau biseksualitas akan mengalami masalah komplek khususnya
masalah tekanan sosial di sekitaranya yang akan dijelaskan nanti secara lebih
lanjut.
Dalam perkembangan orientasi
seksual manusia biasanya ada kaitan tidak langsung dari identitas gender si
individu. Perlu dicermati perbedaan mendasar antara identitas gender dengan
orientasi seksual. Identitas gender adalah identifikasi dari individu untuk
menentukan bahwa dia pria atau wanita. Dalam hal ini bisa saja seorang pria
mengangap dirinya wanita atau sebaliknya sebagai contoh transeksual dan
transgender. Perkembangan identitas gender tidak jauh berbeda dari teori-teori
yang dikemukan dalam teori perkembangan orientasi seksual seperti faktor
biologi, faktor keluarga atau faktor lingkungan.
Para
penulis awal orientasi homoseksual biasanya memahami keterkaitan intrinsik pada
jenis kelamin subjek. Sebagai contoh, mereka berpendapat bahwa individu yang
berperawakan perempuan yang tertarik pada individu berperawakan perempuan
lainnya akan memiliki atribut maskulin, dan sebaliknya. Pemahaman ini dianut
oleh sebagian besar teoretisi penting homoseksualitas dari pertengahan abad
ke-19 hingga awal abad 20, seperti Karl Heinrich Ulrichs, Richard von
Krafft-Ebing, Magnus Hirschfeld, Havelock Ellis, Carl Jungdan Sigmund Freud,
serta individu-individu dari kalangan homoseksual sendiri. Namun, pemahaman
tentang homoseksualitas sebagai inversi seksual pada saat itu telah memicu
pertikaian dan silang pendapat, dan setelah paruh kedua abad ke-20, identitas
gender semakin dilihat sebagai fenomena yang berbeda dari orientasi seksual.
Individu
yang memiliki masalah dengan identitas gendernya seperti transeksual dan
transgender dapat memiliki ketertarikan seksual terhadap pria, wanita atau
keduanya. Individu yang memiliki orientasi seksual heteroseksual, homoseksual
dan biseksual dapat bersifat maskulin, feminim atau androgini. Sebuah
penelitian oleh J. Michael Bailey dan K.J. Zucker telah menemukan bahwa
mayoritas laki-laki gay dan lesbian tumbuh tidak sesuai gender selama masa
kecil mereka. Hal ini menujukan bahwa ada yang berbeda pada masa kecil seorang
individu yang tumbuh menjadi gay atau lesbian dibanding masa kecil individu
yang heteroseksual.
·
Masa
Kehamilan dan melahirkan
Siklus
daur hidup manusia dimulai dari fase kehamilan dan melahirkan. Pada masa ini ada
yang mengatakan bahwa perkembangan
orientasi seksual telah dimulai. Khususnya perkembangan orientasi seksual sepert
homoseksual dan biseksual. Adanya hasil penelitian yang menyatakan bahwa gen
atau faktor biologis sangat berpengaruh terhadap individu yang tumbuh
berkembang menjadi seorang homoseksualitsas khususnya gay.
Perbedaan
homoseksual dan heteroseksual dapat dilihat dari susunan kromosomnya yang
berbeda. Seorang wanita akan mendapatkan satu kromosom X dari ibunya dan satu
kromosom X dari ayahnya. Sedangkan pada pria mendapatkan satu kromosom X dari
ibu dan mendapatkan satu kromosom Y dari ayahnya. Kromosom Y adalah penentu
seks pria . jika terdapat kromosom Y, sebanyak apapun kromosom X dia tetap
berkelamin pria.
Seperti
yang terjadi pada pria penderita sindrom Klinefelter yang memiliki tiga kromosom
seks yaitu XXY. Dan hal ini dapat terjadi pada 1 anatara 700 kelahiran bayi.
Misalnya pada pria mempunyai kromosom 48XXY. Orang tersebut tetep berjenis
kelamin pria, namaun pada pria tersebut mengalami kelainan pada alat
kelaminnya.
XX
|
XY
|
XX
|
XY
|
XXY
|
XY
|
Seorang
pria memiliki hormon testoteron, teteapi juga mempunyai hormon yang dimiliki
oleh wanita yaitu esterogen dan progesteron. Namun kadar hormon wanita ini
sanagt sedikit. Tetapi bila seorang pria mempunyai kadar hormon esterogen dan
progesteron yang cukup tinggi pada tubuhnya, maka inilah yang menyebabkan
perkembangan seksual seorang pria mendekati karakteristik wanita.
Selain
Kromosom dan hormon faktor biologi yang juga mempengaruhi adalah struktur otak
(Bogaert, 2003; Cohen, Lalumiere, Blanchard, & Zucker, 2000; Rahman, 2005a,
2005b). Struktur otak pada pria heteroseksual dan wanita heteroseksual serta
pria homoseksual dan wanita homoseksual terdapat perbedaan. Otak bagian kiri
dan kanan dari pria heteroseksual sangat jelas terpisah dengan membran yang
cukup tebal dan tegas. Pada wanita heteroseksual,
otak anatara bagian kiri dan kanan tidak begitu tegas dan tebal. Dan pada pria
homoseksual, struktur otaknya sama dengan wanita heteroseksual, serta pada
wanita homoseksual struktur otaknya sama denagan pria heteroseksual.
Ketiga
faktor yang telah dijelaskan dapat dikatakan adalah faktor bawaan yang telah
ada sejak individu lahir. Hal ini yang dikatakan bahwa menjadi homoseksual
adalah given atau takdir dari Tuhan
oleh individu dari kalangan homoseksual. Tapi beberapa teori ini tidak
disepakati oleh semua kalangan.berapa peneliti yang mengemukakan tidak ada
kaitan langsung antara kromosom dengan orientasi seksual seseorang.
·
Masa
Balita
Menurut
Erik H. Erikson pada bukunya The Life
Cycle Completed masa balita adalah masa dimana seorang mempunyai hubungan
yang signifikan hanya pada kedua orang tuanya. Perkembangan orientasi seksual
pada masa ini tidaklah terlalu
signifikan. Tetapi pada perkembangan identitas gender mengalami beberapa hal
penting seperti pada sebuah penelitian (Fagot & leinbach, 1989) tidak dari
satupun bayi dapat melakukan pelabelan gender pada usia dibawah 18 bulan. Di
penelitian lain (Levy, 1999) beberapa balita usia 20 bulan dapat melakukan
pelabelan gender. Anak-anak mulai benar-benar berhasil melakukanya pada usia 24
bulan atau 2 tahun. 67% dari anak-anak yang berusia 24 bulan berhasil menentukan
pelabelan gender mereka sendiri (Campbell, Shirley, & Caygill, 2002) dan di
penelitian lain (Levy, 1999), semua anak berusia 28 bulan berhasil
melakukannya. Walaupun ada beberapa anak dibawah usia 2 tahun dapat menetukan
konsep gender tapi antara usia 2 dan 3 tahun, kemampuan menentukan gender dapat
dilakukan secara akurat.
Walaupun
tidak ada hubungan langsung antara identitas gender dengan perkembangan
orientasi seksual dapat dikatakan bahwa sesuai dengan hal yang telah dijelaskan
sebelumnya bahwa beberapa gay dan lesbian tidak tumbuh sesuai gendernya.
Berarti ada hal yang salah dalam proses pelabelan gender pada diri mereka.
Proses
pelabelan gender adalah hal yang sangat penting karena dari sudut pandang psikoanalisis,
berpendapat bahwa hasrat seksual dimulai lebih lambat dari yang dilansir dalam
tulisan-tulisan Sigmund Freud, ia menunjukkan hasrat seksual muncul bukan pada
masa bayi, tetapi antara usia 5 dan 10 tahun dan tidak terfokus kepada figur
orang tua tetapi pada orang di sekitarnya. Oleh karena itu, menurutnya pria
homoseksual tidak abnormal, karena tidak pernah tertarik secara seksual pada
ibu mereka. (Richard C. Friedman, 1990)
·
Masa
Balita bermain (TK)
Masa
balita bermain atau play age adalah
masa anak-anak memasuki usia sekitar 4-6 tahun atau memasuki si anak bisa
berbicara, memasuki pendidikan pertamanya yaitu kelompok bermain tau taman
kanak-kanak. Anak mulai berinteraksi kepada banyak orang selain orang tuanya. Anak
mulai bermain dengan teman-teman seusianya. Pada lazimnya seorang anak
laki-laki akan lebih nyaman atau lebih memilih bermain dengan teman yang sama
jenis kelaminnya juga sedangkan anak perempuan cenderung lebih fleksibel dalam
memilih teman baik itu pria atau wanita.
Sebuah
teori menarik tentang perkembangan orientasi seksual terutama homoseksual yang
bernama the Exotic-Becomes-Erotic (Daryl
Bem, 1996; 2000). Teori ini menyatakan individu memiliki ketertarikan erotik
pada kelompok individu yang mereka rasa berbeda selama masa kecil. Pada
kebanyakan orang pemisahan jenis gender pada akhirnya membuat gender lain menjadi
sebuah kelompok orang yang berbeda dengan dirinya. Berdasarkan pembagian melalu
jenis gender membuat kelompok lain yang berbeda denagn gendernya terlihat berbeda
dan eksotik.
Untuk
Individu yang tumbuh menjadi seseorang yang memiliki orientasi seksual sejenis.
Teori the Exotic-Becomes-Erotic
memiliki hipotesis tentang hal itu. Individu tesebut adalah individu yang
semasa kecilnya lebih memilih aktivitas bermain dengan individu lain yang
berbeda jenis kelaminnya. Sebagai contoh anak laki-laki yang yang lebih memilih
bermain dengan boneka atau permainan memasak dengan para anak perempuan akan
membuat para anak perempuan menjadi lebih familiar bagi si anak laki-laki dan
membuatnya menjadi kurang eksotik. Dengan kata lain teori ini menyatakan masa
kecil sangat mendominasi sesorang menjadi gay atau lesbian. Banyak penelitian
berpendapat prediksi tersebut untuk anak laki-laki (Bailey et al., 2000; Bem,
2000), tapi bukti yang menguatkan untuk anak perempuan sangatlah sedikit
(Garnets & Peplau, 2000).
Hal
yang menarik dari teori tersebut adalah kenapa ada beberapa anak yang lebih
memilih untuk bermain dengan teman yang berbeda jenis kelaminnya. Penulis
beranggapan hal ini karena adanya kenyamanan yang dirasakan oleh si anak. Anak
laki-laki lebih memilih bermain dengan anak perempuan karena alasan kenyamanan
mereka semata. Hal yang membuat nyaman si anak tentunya berbeda-beda. Mungkin
lingkungan sekitar si anak lebih didominasi oleh anak perempuan yang membuat
mereka menjadi lebih kerap bermain dengan anak perempuan. Sehingga hal ini
menjadi sebuah kebiasaan dan pada
akhirnya membuat mereka lebih nyaman dan memilih bermain dengan anak perempuan
ketimbang anak laki-laki yang kurang familiar.
·
Masa
Sekolah (SD & SMP)
Masa
sekolah yang dimulai seorang individu yang memasuki usia sekolah dasar dan
sekolah menengah pertama adalah masa dimana seorang individu mulai sedikit
mengerti mana yang baik dan mana yang buruk walaupun belum secara sepenuhnya.
Tidak
terlalu beda jauh dengan masa sebelumnya anak yang memang pada awalnya lebih
menyukai bermain dengan kelompok yang berbeda jenis kelaminnya biasanya akan
tetap memilih bermain dengan kelompok yang berbeda jenis kelaminnya. Tantangan
untuk anak ini dimulai, sebagian anak yang memasuki usia sekolah dasar sudah
dapat membedakan bahwa kegitan tersebut berebeda dan agak aneh. Sehingga
biasanya anak laki-laki yang lebih memilih untuk bermain dengan anak perempuan
akan mendapat cibiran dari temannya terutama anak laki-laki seperti “bencong” atau “banci kaleng”.
Hal
tersebut akhirnya disadari oleh si anak bahwa tindakannya dianggap salah oleh
orang sekitarnya. Sayangnya orang tua dari si anak biasanya kurang bersikap
arif apabila mengetahui anaknya berbeda dengan temannya. Orang tua biasanya
cenderung malah memarahi anaknya dan membuat si anak menjadi ketakutan. Orang
tua beranggapan dengan memarahi si anak akan berubah. Hal ini seharusnya
disikapi dengan baik dan membantu si anak dengan berbicara tanpa membuatnya
ketakutan.
|
Kinsey
Survey (1948,1953)
|
Playboy
foundation Survey (Hunt, 1974)
|
||
Prosentase
setiap tingkah laku
|
||||
Aktivitas
seksual
|
Pria
|
Wanita
|
Pria
|
Wanita
|
Masturbasi hingga orgasme
|
92%
|
58%
|
94%
|
63%
|
Masturbasi sebelum usia 13
tahun
|
45%
|
14%
|
63%
|
33%
|
Orang
tua kurang peka bahwa anaknya lebih nyaman bermain dengan perempuan terjadi dalam
kurun waktu yang cukup lama. Sehingga memarahi lalu mungkin memukul mereka
sekali tidak akan merubah kebiasaan yang dilakukan dalam waktu yang cukup
lama. Karena pada dasarnya pemaksaan
tidak akan mendapatkan hasil yang baik.
Masa
seorang individu memasuki usia sekolah menengah pertama dapat dikatakann masa
pra-remaja seorang individu. Disini seorang individu mulai memilki hasrat
seksual bahkan berberapa mencari cara untuk memuskan hasrat seksualnya dengan
jalan masturbasi.
Masturbasi
sebagai cara mendapatkan kepuasaan seksual dengan cara menstimulasi organ
genital dilakukan dengan beberap cara diantarany adalah dengan menggunakan
fantasi seksual. Pada remaja pria atau wanita yang menggunakan gender yang sama
pada fantasi seksulnya dapat dikatakan sudah memilki sifat homoseksual.
Walaupun mungkin mereka menganggap itu adalah bentuk variasi fantasi seksual
belaka.
Perilaku
homoseksual pertama kali biasanya kurang
disadari oleh individu terutama perilaku homoseksual yang tidak ada interaksi
dengan individu lain. Ada beberapa syarat sesorang biasa dikatakan homoseksual
dalam berbagai bentuk seperti yang digambarkan pada skala Kinsey.
Skala
|
Deskripsi
|
0
|
Heteroseksual
Esklusif
|
1
|
Heteroseksual
lebih menonjol,homoseksual kadang-kadang
|
2
|
Heteroseksual
predominan, homoseksual lebih dari kadang-kadang
|
3
|
Hetroseksual
dan homoseksual seimbang (biseksual)
|
4
|
Homoseksual
predominan, heteroseksual lebih dari kadang-kadang
|
5
|
Homoseksual
predominan, heteroseksual cuma kadang-kadang
|
6
|
Homoseksual
esklusif
|
X
|
Non
seksual
|
Skala
Kinsey
Alfred
Kinsey adalah seorang professor bidang biologi di Universitas Indiana. Dimana
dia memulai penelitian tentang pendidikan sex, yang pada masanya adalah topik
yang kontroversial. Kinsley membentuk skala Kinsley yang coba menggambarkan
sejarah seksual seseorang atau episode aktivitas seksual mereka pada waktu
tertentu. Menggunakan skala dari 0, berarti secara eksklusif heteroseksual,
sampai 6, yang berarti secara eksklusif homoseksual.
·
Masa
Remaja (SMA)
Seperti
yang telah dijelaskan sebelumnya penulis beranggapan bahwa salah satu dari
puncak perkembangan atau tahapan orientasi seksual terutama pada Individu yang orientasi seksualnya
homoseksual dan biseksual. Karena pada masa ini penulis beranggapan akan adanya
proses penerimaan serta penolakan akan orientasi seksualnya.
Pada
saat memasuki masa remaja adalah saat dimana seorang memasuki waktu dari
ekplorasi seksual mereka. Walaupun aktivitas seksual sesama jenis dianggap aneh
oleh para remaja tapi beberapa remaja masih melakukan hal tersebut tetapi
sesungguhnya kebanyakan dari orang yang melakukan aktivitas seksual sesama
jenis menganggap itu hanya bagian dari eksperimen seksual ketika remaja bukan
sebagai awal menjadi gay atau lesbian. Sedangkan untuk individu yang memang memilki
ketertarikan pada sesama jenis tidak melakukan aktivitas seksual selama mereka
remaja (Savin-Williams & Diamond, 2000).
Proses
perkembangan identitas seksual harus mendapatkan pengakuan diri sendiri
terhadap ketertarikan seksual yang didalamnya terdapat pelabelan diri sebagai
gay, lesbian, biseksual atau heteroseksual, ketertarikan dalam hubungan seksual
dan pengakuan orientasi seksual remaja (Savin-Williams & Diamond, 2000).
Beberapa
gay dan lesbian menyatakan bahwa mereka mengetahui diri mereka sebagai
heteroseksual atau ketertarikan mereka kepada sesama jenis dimulai dari masa
remaja, tapi sebagian dari mereka awalnya berusaha mencoba untuk mengembangkan
ketertarikan heteroseksual mereka dan memerima bentuk orientasi seksual yang
lazim (Carver, Egan, & Perry, 2004). Beberapa menyatakan hal itu berhasil;
sebagian besar dari lesbian yaitu 90% memiliki hubungan seksual dengan pria (Rust,
2000). Wanita biasanya menyadari diri mereka sebagai lesbian sebelum mereka
melakukan hubungan seksual dengan wanita lainnya, sedangkan kebanyakan dari
pria sudah mempunyai pengalaman hubungan seksual dengan sesama pria sebelum
menyatakan diri mereka sebagai gay.
Penerimaan
akan orientasi seksual yang memiliki ketertarikan sesama jenis adalah tantangan
terbesar seorang individu pada saat remaja. Biasanya mereka akan berusaha
menolak perasaan yang mereka anggap salah dan rasa gengsi biasanya menjadi masalah
utamanya.
Terdapat
sebuah proses yang disebut coming out yang
memiliki arti proses penerimaan secara pribadi dan terhadap masyarakat umum
akan orientasi seksual (Bohan, 1996).
Biasanya proses ini terjadi ketika masa remaja atau selama masa dewasa.
Sebuah penelitian (Savin-Williams & Diamond, 2000) menujukkan waktu yang
diperlukan dari eksperimen pertama dalam hubungan seksual hingga proses
penerimaan orientasi seksual membutuhkan waktu sekitar 10 tahun.
Proses
coming out bisa ditunjukan kepada
seluruh masyarakat atau hanya kepada keluarga atau teman terdekat. Keluarga
bisa menerima atau mendukung pilihan anaknya atau sebagian besar dari mereka
akan marah dan memiliki masalah dari penerimaan orientasi seksual anak mereka (Rasmusen,
2004; Willoughby, Malik, & Lindahl, 2006). Teman si individu dapat berekasi
negatif terhadap proses coming out
tersebut, teman sebaya biasanya bereaksi dalam bentuk verbal atau fisik
terutama terjadi pada lingkungan sekolah.
Masalah
terhadap lingkungan sekitar yang tidak dapat menerima orientasi seksual mereka
dapat menimbulkan masalah baru bagi si individu. Remaja gay dan lesbian
menanggung risiko bunuh diri, penyalahgunaan obat, masalah sekolah, dan isolasi
yang lebih besar karena "lingkungan yang tidak bersahabat dan penuh cela,
adanya pelecehan verbal dan fisik, penolakan dan isolasi dari keluarga dan
teman sebaya. Kaum muda LGBT pun lebih terbuka untuk melaporkan pelecehan
psikologis dan fisik oleh orang tua atau pengasuh mereka, dan juga pelecehan
seksual. Kemungkinan terjadinya hal ini adalah bahwa LGBT muda dapat secara
spesifik ditargetkan atas dasar orientasi seksual yang nampak/terlihat atau
gender yang tidak sesuai dengan penampilan mereka, dan faktor risiko yang
terkait dengan status minoritas seksual, termasuk diskriminasi,
ketidakberadaan, dan penolakan oleh anggota keluarga meninggikan kemungkinan
risiko untuk menjadi korban, seperti penyalahgunaan zat, hubungan seks dengan
banyak pasangan, atau lari dari rumah.
Tingginya tingkat penolakan
keluarga secara signifikan berhubungan dengan hasil kesehatan yang buruk.
Berdasarkan perbandingan rasio, kalangan lesbian, gay, dan biseks dewasa yang
melaporkan tingkat penolakan keluarga yang lebih tinggi selama masa remaja
berisiko 8,4 kali lebih besar telah melakukan percobaan bunuh diri, 5,9 kali
lebih mungkin untuk depresi, 3,4 kali lebih mungkin untuk menggunakan
obat-obatan terlarang, dan 3,4 kali lebih mungkin untuk terlibat dalam hubungan
seks tanpa pengaman dibandingkan dengan teman sebaya dari keluarga dengan
tingkat penolakan keluarga rendah atau tidak ada sama sekali.
Proses
penerimaan diri sebagai gay atau lesbian biasanya ditandai juga mengikuti forum
gay atau lesbian yang biasanya terdapat di dunia maya seperti di Indonesia; Gay Indonesian Forum atau Boyz Forum serta media jejaring sosial
yang dikhusukan untuk kaum gay atau mereka lebih menyebut kaum sehati seperti Manjam atau Gay Romeo. Tujuan mereka adalah mencari pacar sesama jenis yang
dikenal dengan nama BF (Boyfriend)
bagi gay dan GF(Girfriend) bagi kaum
lesbian.
Homoseksualitas
sendiri dibagi dalam beberapa jenis dilihat dari proses penerimaanya diri
terdapat homoseks yang bisa menerima dirinya sendiri disebut homoseks ego
sintonik(sinkron dengan egonya), untuk yang menyangkal dirinya sendiri disebut
homoseks ego distonik. Seorang homoseks ego sintonik adalah homoseks yang tidak
merasa terganggu oleh orientasi seksualnya, tidak ada konflik bawah sadar yang
ditimbulkan, serta tidak ada desakan, dorongan atau keinginan untuk mengubah
orientasi seksualnya. Hasil penelitian beberapa ahli menunjukkan, orang-orang
homoseksual ego sintonik mampu mencapai status pendidikan, pekerjaan, dan
ekonomi sama tingginya dengan orang-orang bukan homoseksual. Bahkan
kadang-kadang lebih tinggi. Wanita homoseks dapat lebih mandiri, fleksibel,
dominan, dapat mencukupi kebutuhannya sendiri, dan tenang. Kelompok homoseks
ini juga tidak mengalami kecemasan dan kesulitan psikologis lebih banyak
daripada para heteroseks. Pasalnya, mereka menerima dan tidak terganggu secara
psikis dengan orientasi seksual mereka, sehingga mampu menjalankan fungsi
sosial dan seksualnya secara efektif. Sebaliknya, seorang homoseks ego distonik
adalah homoseks yang mengeluh dan merasa terganggu akibat konflik psikis. Ia
senantiasa tidak atau sedikit sekali terangsang oleh lawan jenis dan hal itu
menghambatnya untuk memulai dan mempertahankan hubungan heteroseksual yang
sebetulnya didambakannya. Secara terus terang ia menyatakan dorongan
homoseksualnya menyebabkan dia merasa tidak disukai, cemas, dan sedih. Konflik
psikis tersebut menyebabkan perasaan bersalah, kesepian, malu, cemas, dan
depresi. Karenanya, homoseksual macam ini (ego-distonik) dianggap sebagai
gangguan psikoseksual. Penelitian Columbia University menemukan remaja yang
mengidentifikasi dirinya sebagai gay, lesbian dan biseksual lima kali lebih
mungkin mencoba bunuh diri daripada rekan-rekan heteroseksual mereka. Lebih
dari 20 persen dari 1.400 remaja tersebut dalam penelitian itu mengatakan
mereka telah melakukannya. Di daerah yang lebih menentang homoseksual, tingkat
upaya bunuh diri 20 persen lebih tinggi bagi kelompok remaja tersebut.
Sedangkan
tipe homoseksualitas yang dilihat dari peran seksual dalam berhubungan seksual
dapat dibagi menjadi tiga jenis yaitu seorang gay yang berperan sebagai lelaki
diebut Top sedangkan seorang gay yang
berperan sebagai seorang perempuan disebut Bot/Bottom
dan bagi seorang gay yang dapat berperan sebagai keduanya disebut Versatile. Bagi lesbian sendiri yang
berperan sebagai lelaki disebut Butchy dan
yang berperan sebagai perempuan disebut
Femme, bagi yang dapat bereperan keduanya disebut Androgene.
Baik
top maupun butchy tidak harus berperilaku maskulin, hal ini juga berlaku bagi
bottom dan femme, keduanya tidak harus berperilaku feminim dan Tidak semua gay
baik bottom maupun top berperilaku feminin, beberapa bahkan berdiri dengan
tegap, kekar dan berperilaku persis seperti seorang lelaki sejati. Pria feminin
dan wanita maskulin sekalipun tidak harus memiliki orientasi homoseksual.
Pada
saat masa remaja terdapat pula sesuatu yang disebut sebagai ritus menuju
kedewasaan yang biasanya ditandai dengan mimpi basah bagi seorang pria
sedangkan bagi wanita datang bulan merupakan salah satu indikasi kedewasaan
seorang wanita. Ritual kebudayaan seperti ritus menuju kedewasaan bagi seorang
remaja pada beberapa suku di dunia pun mencatat adanya praktek homoseksualitas
di dalamnya seperti beberapa suku di Melanesia khususnya Papua Nugini hingga
akhir pertengahan abad lalu sebelum masuknya agama kristen. Suku yang mendiami
daerah Papua Nugini seperti suku Etoro dan Madrid-anim mempunyai pandangan
hubungan heteroseksual adalah sebuah dosa sedangkan untuk homoseksualitas dapat
diterima secara norma dan adat istiadat yang berlaku. Hal ini didasari oleh
kepercayaan mereka bahwa kekuatan manusia yang paling vital terdapat pada air
mani atau sperma. Anak muda pada suku tersebut dianggap dewasa apabila sudah
melakukan ritual menelan air mani dari anggota suku yang lebih tua. Hal ini
dilakukan dengan cara oral maupun anal tergantung aturan pada suku tersebut.
Ritus menuju kedewasaan adalah bagian dari sebuah siklus daur hidup manusia.
Praktek
homoseksualitas sendiri banyak terjadi pada kebudayaan Indonesia sebagai contoh
lain Ketua atau Dukun reog di Ponorogo yang lebih dikenal dangan nama Warok memiliki kepercayaan apabila
mereka berhubungan dengan pasangan yang berbeda jenis kelamin maka seluruh
kesaktian mereka akan hilang sehingga untuk menyalurkan kebutuhan seksualmereka
biasanya mereka menagangkat seorang anak pria dari umur belasan untuk dipelihara
yag disebut Gemblak.
Terdapat
pula beberapa faktor lain yang diprediksi dapat menimbulkan orientasi
homoseksual seperti apabila seorang anak mengalami kekurangan sosok ayah atau
ibunya dapat mengakibatakan seorang anak mencari figur tersebut dengan cara
yang berbeda. Pendapat lain mengatakan anak yang dimasukan ke sekolah khusus
yang berdasrkan jenis kelaminya cenderung akan mengalami perbuatan yang mengarah
ke homoseksualitas. Hal ini tentu berlawanan dengan teori the Exotic-Becomes-Erotic yang dikemukan oleh Daryl Bem.
·
Masa
Dewasa Muda
Masa
dewasa muda juga dianggap penulis sebagai salah satu titik puncak dari sebuah
perkembangan orientasi seksual. Proses Coming
Out juga dapat terjadi pada masa ini tergantung dari individu
masing-masing. Tidak ada yang jauh berebeda dengan proses Coming Out yang dijelaskan sebelumnya pada masa remaja. Perbedaan
hanya terdapat pada masa/waktu terjadinya.
Pada
masa ini masalah yang cukup memberatkan bagi individu yang memiliki orientasi
seksual seperti homoseksual adalah tekanan sosial dari keluarga dan lingkungan
sekitar seperti tuntutan menikah. Bagi biseksual agaknya masalah ini tidak
terlalu memberatkan tetapi bagi kaum homoseksualitas hal ini cukup memusingkan.
Apabila
tuntutan menikah itu semakin mendesak tiga kemungkinan akan muncul dari reaksi
yang akan dilakukan oleh indidu yang memiliki orientasi seksual sebagai
homoseksual yaitu :
1.
Individu
tersebut akan tetap menikah dan meninggalkan kehidupan homoseksualnya.
2.
Individu
tersebut akan menikah juga tapi di belakang suami atau istrinya dia akan tetap
melanjutkan kehidupan homoseksualnya.
3.
Kemungkinan
terakhir adalah dia menolak menikah dan akhirnya melanjutkan kehidupan
homoseksualnya atau mungkin akan menikah dengan sesama jenis.
Menikah
sesama jenis mungkin jadi pilihan bagi kaum homoseksual, karena pada dasarnya
lesbian dan gay memiliki pola hubungan percintaan yang sama dengan
heteroseksual seperti kemesraan, nafsu, dan komitmen di dalamnya termasuk
hubungan sex. Hubungan sex menjadi sangat penting bagi kehidupan kaum gay dan
model hubungan mereka adalah hubungan yang banyak dibumbui oleh kegiatan
seksual, terutama pada awal-awal hubungan dimulai (Blumstein & Schwartz,
1993).
Terdapat
perbedaan pada hubungan pertemanan dan hubungan seksual diantara gay dan
lesbian (Nardi, 1992). Pria gay lebih cenderung dapat melakukuan aktivitas
seksual dengan teman baik teman biasa atau teman dekat. Karena biasanya
hubungann seksual seorang pria gay dimulai dari sebuah pertemanan. Pertemanan
dalam wanita biasanya tidak dibumbui oleh hubungan sex (Rust, 2000).
Hal
inilah yang membuat pria gay lebih fleksibel dalam memandang hubungan seksual.
Bahkan bagi pria gay yang sudah menjalani hubungan dengan jangka waktu yang
cukup lama banyak melakukan hubungan seksual dengan pria lain yang bukan
partnernya dibanding dengan pria heteroseksual (Solomon et al., 2005).
Selingkuh adalah masalah yang cukup berat dalam hubungan yang terjadi pada
heteroseksual tapi bagi pria gay melakukan hubungan sex diluar hubungan bukan
alasan utama pemutusan hubungan mereka. Walaupun semua jenis hubungan memiliki
kecemburuan seksual ( Sheets & Wolfe, 2001)
·
Masa
Dewasa Seutuhnya
Pada
masa ini apabila sudah terjadi penerimaan sepenuhnya dari si individu terhadap
orientasi seksualnya maka kehidupan yang dijalani akan tidak jauh berebeda
dengan kehidupan masa dewa pada umumnya.
Akan
tetapi apabila belum adanya penerimaan sepenuhnya terhadap orientasi seksualnya
maka aka nada upaya untuk mengubah orientasi seksual. Faktanya adalah tidak ada
studi ilmiah yang mampu menyimpulkan apakah upaya mengubah orientasi seksual
berhasil mengubah orientasi seksual seseorang. Upaya-upaya tersebut menjadi
pertentangan antara nilai-nilai yang dipegang oleh beberapa organisasi berbasis
agama, di satu sisi, dan yang dimiliki oleh organisasi hak asasi lesbian, gay,
dan biseksual dan Lembaga profesional dan ilmiah, di sisi lain. Konsensus lama
dari ilmu-ilmu perilaku dan ilmu sosial dan pakar kesehatan dan kejiwaan adalah
bahwa homoseksualitas merupakan variasi normal dan positif dari orientasi
seksual manusia.
Asosiasi
Psikologi Amerika mengatakan bahwa "kebanyakan
orang merasakan sedikit atau tidak sama sekali pilihan tentang orientasi
seksual mereka". Beberapa individu dan kelompok telah mengangkat
ide homoseksualitas sebagai gejala cacat perkembangan atau kegagalan moral dan
spiritual, dan berpendapat bahwa upaya mengubah orientasi seksual, termasuk
upaya psikoterapi dan agama, dapat mengubah perasaan dan perilaku homoseksual.
Banyak individu dan kelompok ini yang dimasukkan dalam konteks gerakan-gerakan
politik keagamaan konservatif yang lebih besar yang telah mendukung
stigmatisasi homoseksualitas atas alasan politik atau agama.
American Psychiatric Association (APA)
telah menyatakan "beberapa orang meyakini bahwa orientasi seksual
merupakan bawaan dan bersifat tetap, namun, orientasi seksual berkembang
sepanjang riwayat hidup seseorang". Dalam sebuah pernyataan bersama dengan
organisasi-organisasi medis Amerika, APA mengatakan bahwa "masing-masing
individu menyadari mereka adalah heteroseksual, gay, lesbian, atau biseksual
pada waktu yang berlainan dalam hidupnya". Sebuah laporan dari Centre for
Addiction and Mental Health menyatakan: "Bagi beberapa orang, orientasi
seksual berkelanjutan dan tidak berubah sepanjang hidup mereka. Bagi yang lain,
orientasi seksual dapat bersifat cair dan berubah seiring waktu."Hasil
penelitian menunjukkan "cairnya ketertarikan, perilaku dan identitas
perempuan lesbian, biseksual dan yang tanpa label dalam angka yang cukup
tinggi."
Dalam
sebuah penelitian tahun 2004, subjek perempuan (baik straight maupun lesbian)
memperlihatkan sikap terangsang ketika melihat film-film erotis heteroseksual
serta lesbian. Di antara subjek laki-laki, pria straight hanya oleh terangsang
oleh film-film erotis dengan wanita, sementara pria gay terangsang oleh film
erotis dengan laki-laki. Peneliti senior penelitian tersebut mengatakan bahwa
hasrat seksual perempuan lebih fleksibel terhadap kedua jenis kelamin
dibandingkan dengan pria, dan ia lebih dapat berubah dari waktu ke waktu.
·
Masa
Tua – Kematian
Menurut
Erik H. Erikson dalam bukunya yang berjudul The
Life Cycle Completed pada masa ini indikasi dalam kedewasaan adalah Wisdom atau bijaksana. Bijaksana yang
dimaksud disini adalah ketika seseorang bisa mengerti sesuatu dengan mendengar
dan memandang dan menghasilkan pemahaman yang baik.
Pada
masa ini kehidupan individu yang memiliki orientasi seksual yang berbeda yaitu
homoseksual akan memandang persoalan ini secara bijaksana dan kehidupannya
tidak akan jauh berbeda dengan kehidupan individu heteroseksual pada masa tua.
Kaum
homoseksual yang sudah melakukan penerimaan orientasi seksual akan lebih
memilih untuk menikmati kehidupan mereka hingga kematian akan datang menemui
mereka tanpa mempermasalahkan lagi tentang orientasi seksualnya.
HASIL WAWANCARA
·
HK.
20 Tahun. Mahasiswa, Gay
1.
Manakah
yang lebih nyaman buat Anda? Bermain bersama wanita atau pria?
·
Perempuan
2.
Apakah
Anda sudah merasa berbeda sejak kecil?
·
Lupa,
tapi merasa kayak cewek aja
3.
Apakah anda menyadari diri anda gay?
·
Sadar
4.
Anda menjadi gay saat usia berapa?
·
Sejak
kecil, SD gitu deh dah suka sama cowok
5.
Apakah Anda menerima orientasi seksual anda sepenuhnya?
·
Ya,
mau nyoba sama cewek gak tau caranya
6.
Apakah sudah melakukan proses coming out terhadap keluarga dan
teman?
·
Belum,
tapi kalo Setan sama setan bisa saling tau lah (Gay dengan gay bisa saling
tahu)
7.
Anda mengikuti komunitas Gay?
·
Nggak,
takut jadi cewek nanti
8.
Apakah anda pernah melakukan hubungan seksual sesama jenis
(ciuman dll)
·
Pernah
9.
Apakah ada keinginan dari anda untuk merubah orientasi seksual?
·
Iya,pengen
10. Bagaimana pandangan pribadi anda
terhadap homoseksual?
·
Menyalahi
sih, tapi mau gimana lagi
HASIL WAWANCARA
·
GI.
19 Tahun. Mahasiswa, Gay
1.
Manakah
yang lebih nyaman buat Anda? Bermain bersama wanita atau pria?
·
wanita
2.
Apakah
Anda sudah merasa berbeda sejak kecil?
·
ya
3.
Apakah anda menyadari diri anda gay?
·
ya
4.
Anda menjadi gay saat usia berapa?
·
Lupa,
first love gue smp kelas 2 (cowo)
5.
Apakah Anda menerima orientasi seksual anda sepenuhnya?
·
Ya,
tapi tetep pada jalurnya. Tetep bakal nikah sama cewe juga
6.
Apakah sudah melakukan proses coming out terhadap keluarga dan
teman?
·
tidak
7.
Anda mengikuti komunitas Gay?
·
Tidak,
takut ._.
8.
Apakah anda pernah melakukan hubungan seksual sesama jenis
(ciuman dll)
·
Pernah
hehheheheh ciuman doang
9.
Apakah ada keinginan dari anda untuk merubah orientasi seksual?
·
Ya, tapi ya mau gimana lagi.
10. Bagaimana pandangan pribadi anda
terhadap homoseksual?
·
Homoseksual
menurut saya lazim, karena yang membentuk diri saya seperti ini adalah naluri
diri saya sendiri yang diberikan Tuhan dan lingkungan. Bagaimanpun saya tetap
menghargai homoseksual, karena menurut saya hal tersebut normal. Walaupun agama
tidak membolehkan homoseksula, namun mengapa Tuhan memberikan hal ini kepada
saya? Kenapa justru hal yang dilarang justru diberikan oleh Tuhan? Secara umum,
gue sangat menghargai kaum gay yang bisa coming out dan tidak mendapat
tentangan dari keluarga. Saya ingin, namun belum siap. hehehhe
ANALISIS WAWANCARA
Wawancara
tersebut mengambil dua responden tentang cerita hidup mereka menjadi seorang
gay. Dari hasil wawancara terlihat mereka sudah menyadari bahwa mereka gay
semenjak mereka kecil. Bahkan koresponden 1 sudah mulai menyukai sesama jenis
semenjak sekolah dasar.
Teori
Exotic-Becomes-Erotic yang dikemukan
oleh Daryl Bem sesuai dengan hasil dari wawancara yang disebutkan oleh
responden bahwa mereka memang lebih nyaman bermain dengan wanita yang
menyebabkan mereka menjadi lebih familiar dengan wanita dan mengurangi
keeksotisan dari wanita dan akhirnya tertarik dengan pria yang mereka anggap
berbeda.
Koresponden
1 dan 2 sudah melalui proses penerimaan akan orientasi seksual mereka yang
berarti sudah melalui proses coming out
tahap awal yaitu mengakui diri mereka sendiri sebagai gay. Tapi untuk coming out terhadap keluarga dan teman
kedua koresponden belum melakukannya, kemungkinan dikarenakan ketakutan akan
reaksi keluarga dan teman di sekitar mereka.
Untuk
proses coming out sendiri yang
ditunjukkan dengan mengikuti komunitas gay belum dilakukan oleh kedua koresponden
karena alasan masing-masing. Koresponden 1 menyatakan tidak mengikuti komunitas
gay karena takut akan keterusan dan menjadi wanita nantinya.
Hubungan
seksual seperti ciuman dan sebagainya pun sudah dilakukan oleh kedua
koresponden walaupun mereka agak enggan menceritakan lebih spesifik hal ini
menguatkan pendapat yang dikemukakan oleh Blumstein & Schwartz yang menyatakan
hubungan sex adalah sesuatu yang penting bagi hubungan kaum gay.
Terlihat
sekali mereka sebenarnya mau berubah dari orientasi seksual mereka menjadi
orientasi seksual yang dianggap lazim oleh masyarakat pada umumnya akan tetapi
mereka mengalami kebingungan untuk melakukannya dan pada akhirnya mereka
menjalani kehidupan homoseksual apa adanya.
Pengamatan
terhadap kondisi kebahagian mereka terhadap orientasi seksual mereka yang
dianggap berbeda terlihat mereka tidak terlalu terbebani oleh kondisi mereka.
Kehidupn mereka tidak jauh berebeda dengan kehidupan heteroseksual pada
umumnya. Hal ini menunjukkan bahwa sebenaranya tidak ada perbedaan kehidupan
antara individu heteroseksual dan individu homoseksual, perbedaan yang mendasar
hanyalah objek dari orientasi seksual mereka.
KESIMPULAN & SARAN
·
Kesimpulan
Melihat
dari uraian yang telah dijelaskan sebelumnya jelas sekali keterkaitan antara
proses perkembangan orientasi seksual yang terjadi pada fase-fase hidup
manusia. Hal yang bisa ditarik dari semuanya adalah orientasi seksual tidak
muncul begitu saja, ada tahapan-tahapan di dalamanya seperti kemungkinan si
individu memang berbeda dari awal seperti pendapat yang menyatakan adanya
kaitan kromosom pada individu yang memiliki orientasi seksual.
Lalu
banyak pendapat dari para ahli pula masa perkembangan si individu yang berbeda
pula dapat menyebabkan individu menjadi homoseksual. Banyak yang mengatakan
menjadi homoseksual adalah sebuah takdir, beberapa individu homoseksual sendiri
mengatakan ini adalah pilihan mereka karena dikatakan saat ini homoseksual
adalah sebuah lifestyle.
Teori
tentang homoseksual biasanya lebih menitikberatkan pada kaum pria atau gay,
karena dirasa wanita lebih fleksibel dalam memandang hubungan sejenis. Hal ini
pula yang menyebabkan stigma masyarakat lebih memandang rendah kaum gay daripada
lesbian. Karena masyarakat pada umumnya mengangap bahwa gay itu sama dengan
waria yang bersifat kewanita-wanitaan. Padahal jelas sekali perbedaannya.
Apabila gay itu dalah masalah orientasi seksual sedangkan waria adalah masalah
identitas gender.
Pandangan
masyarakat ini tidak terlepas dari anggapan bahwa pria derajatnya lebih tinggi
daripada wanita sehingga apabila pria yang bersifat kewanita-wanitaan berarti
dia menurunkan derajatnya. Sedangkan wanita yang Tomboy biasanya tidak terlalu bermasalah dengan tekanan sosial pada
masyarakat.
·
Saran
Memandang
permasalahan homoseksual pada masyarakat seharusnya dapat dilakukan secara
lebih arif dan tidak menghakimi kaum homoseksual sendiri. Pemahaman yang kurang
menjadi alasan terbesar hingga hal ini terjadi.
Pemahaman
tentang perkembangan orientasi seksual homoseksual seharusnya dipahami secara
lebih mendalam dan tidak dilihat hanya dari satu sisi seperti sisi agama atau
yang lainnya. Karena pada dasarnya masalah orientasi seksual yang dianggap menyimpang
ini adalah masalah yang cukup kompleks. Dan perlu adanya dukungan bagi
lingkungan sekitar tempat individu berada.
DAFTAR PUSTAKA
·
Brannon,
Linda (2008). Gender Psychological
Prespectives. Amerika serikat: Pearson Allyn & Bacon.
·
Erikson,
Erik H.(1998). The Life Cycle Completed.
New York: W. W. Norton & Company
·
Hill,
Craig A.(2008). Human Sexuality:
Personality and Social Psychological
Prespectives. Amerika Serikat: Sage
Publication.
·
Oetomo,
Dede(1991). Homoseksualitas di Indonesia.
Majalah Prisma (Online), (www.staff.ui.ac.id/internal/131882269/material/Dede-otoemo.pdf, diakses 23 mei 2012).
Referensi Lain
·
Beberapa
film mengenai homoseksual seperti : The
Love of Siam, Eternal Summer, No Regret, Just friend, Sanubari Jakarta dll.
·
Diskusi
LGBTIQ & film Sanubari Jakarta ,
25 Mei 2012. Pusat kajian gender fakultas ilmu sosial dan ilmu politik
Universitas Indonesia.